Perkembangan Pers Di Era Kolonial

Perkembangan Pers Di Era Kolonial – Pers nasional yang dijalankan oleh masyarakat pribumi merupakan tantangan bagi pers, yang berada di bawah kendali penuh pemerintah kolonial.

Pada pertengahan abad ke-18, surat kabar terbitan Indonesia dalam bahasa Belanda terutama digunakan untuk tujuan komersial dan keagamaan.

Perkembangan Pers Di Era Kolonial

Perkembangan Pers Di Era Kolonial

Kebijakan ini tentu akan menimbulkan resistensi. Salah satu yang berani melontarkan kritik pedas adalah Raden Mas Jokomono Tirto Adhi Soerjo.

Pdf) Pers Dan Bangkitnya Kesadaran Nasional Indonesia Pada Awal Abad Xx

Namun semangat juang RM Tirto menginspirasi surat kabar lain yang berani mengkritik pemerintah kolonial.

Larangan terhadap pers yang terus berlanjut mengakibatkan banyak surat kabar dan pemimpinnya ditangkap oleh pemerintah kolonial atas tuduhan penghasutan dan mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Selain memperingatkan dan menangkap redaksi, pemerintah tak segan-segan memblokir izin penerbitan surat kabar yang dinilai terlalu keras dalam kritiknya.

Dengarkan berita terkini dan berita pilihan langsung dari ponsel Anda. Pilih saluran favorit Anda untuk mengakses berita saluran WhatsApp: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal WhatsApp.

Memaknai Kembali Peran Pers Melalui Kiprah Ki Hajar Dewantara

Tag Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia Perkembangan Media Kolonial Perkembangan Surat Kabar di Indonesia Sejarah Media Kolonial Perkembangan Surat Kabar di Indonesia Perkembangan Surat Kabar Kolonial

Berita terkait Sejarah Surat Kabar di Indonesia dari Jaman Belanda hingga Reformasi Sejarah Perempuan dalam Perkembangan Surat Kabar Puisi di Hindia Belanda Biografi Penemu Mesin Fotocopy Chester Carlson Bagaimana Gutenberg Menemukan Mesin Cetak Pengaruh Penemuan Gutenberg terhadap Mesin Cetak percetakan – Hari ini Pers Nasional Tahun 1946 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) diperingati pada tanggal 9 Februari setiap tahunnya sejak tanggal lahirnya. Hari Pers Nasional ditetapkan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1985 melalui Keputusan Presiden No. 5 tahun 1985 dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional.

Saat itu, keinginan untuk menerbitkan surat kabar di Hindia Belanda sudah berlangsung lama, namun selalu dihadang oleh pemerintah VOC. Baru setelah Gubernur Gustaf Willem Baron van Imhoff menjabat, Bataviasche Nouvelles en Politique Raisonnementen, artinya Berita dan Alasan Politik di Batavia, terbit pada 7 Agustus 1744.

Perkembangan Pers Di Era Kolonial

Ketika Inggris menguasai Hindia Timur pada tahun 1811, Java Government Gazette dalam bahasa Inggris diterbitkan pada tahun 1812. “Bataviasche Courant” kemudian diubah menjadi “Javasche Courant” dan diterbitkan tiga kali seminggu pada tahun 1829, termasuk yang resmi. publikasi. pengumuman dan peraturan, keputusan pemerintah.

Perkembangan Pers Di Indonesia

Pada tahun 1851 “De Locomotive” diterbitkan di Semarang. Surat kabar ini kritis terhadap rezim kolonial dan mempunyai pengaruh yang besar. Pada abad ke-19, untuk bersaing dengan surat kabar berbahasa Belanda, seperti Bintang Timoer (Surabaya, 1850), Bromartani (Surakarta, 1855), dan Bianglala, meski redaksinya orang Belanda, muncul dalam bahasa Melayu dan Jawa. (Batavia, 1867), “Berita Betavia” (Batavia, 1874).

Medan Prijaji terbit di Bandung pada tahun 1907, dianggap sebagai pionir penerbitan nasional, dan pertama kali diterbitkan oleh pengusaha lokal, Tirto Adhi Soerjo. Kebijakan pers juga berubah ketika Jepang mencaplok Belanda pada tahun 1942 dan terakhir Indonesia. Seluruh penerbit dari Belanda dan Tiongkok dilarang beroperasi. Sebaliknya, otoritas militer Jepang menerbitkan beberapa surat kabar mereka sendiri.

Lima surat kabar terbit saat itu: Java Shinbun, Boernoe Shinbundi Kalimantan, Celebes Shinbundi Sulawesi, Sumatra Shinbundi Sumatra, dan Keram Shinbundi Seram. Kehidupan pada tahun 1950-an dan 1960-an ditandai dengan munculnya kekuatan politik dari kelompok nasionalis, agama, komunis, dan militer.

Pada masa ini, banyak peristiwa penting dalam sejarah penerbitan Indonesia, seperti LKBN Antara pada 13 Desember 1937, RRI pada 11 September 1945, dan PWI pada tahun 1946 yang kemudian mencanangkan Hari Pers Nasional. Stasiun televisi pemerintah TVRI juga lahir pada tahun 1962.

Pengertian, Fungsi, Peranan, Dan Perkembangan Pers Di Indonesia

Pada bulan September hingga akhir tahun 1945, pers nasional semakin kuat, ditandai dengan terbitnya banyak surat kabar seperti “Soeara Merdeka” di Bandung, “Berita Indonesia” di Jakarta, serta “Merdeka”, “Merdeka”, “Merdeka”. “. ” dan “Mandiri”. Buletin Indonesia, Berita Indonesia, dan Suara Indonesia Merdeka. Setiap tahun pada tanggal 9 Februari, Indonesia memperingati Hari Pers Nasional. Tanggal ini bertepatan dengan lahirnya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada tahun 1946. Hari Pers Nasional Presiden Soeharto menetapkan Hari Pers Nasional pada tahun 1985 melalui Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 1985.

Media telah menjadi bagian penting dalam pembangunan sosial dan politik Indonesia selama berabad-abad. Dari awal media cetak hingga era digital saat ini, pers telah memainkan peran penting dalam membentuk opini publik, menjaga kebebasan berpendapat, dan mengkritik pemerintah.

Sejarah pers Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda, ketika surat kabar Bela pertama kali terbit pada abad ke-17. Surat kabar pertama yang terbit adalah “Bataviasche Nouvelles en Politique Raisonnementen” pada tanggal 7 Agustus 1744 yang berarti “Berita Politik dan Alasan Batavia”.

Perkembangan Pers Di Era Kolonial

Pasca Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945, pers menjadi alat utama Pemerintahan Sementara untuk menyebarkan informasi dan memperjuangkan kebebasan. Surat kabar seperti Merdeka dan Pedoman Rakyat menjadi suara gerakan nasionalis.

Kebebasan Pers Di Indonesia

Sebelumnya, kebijakan pers juga berubah ketika Jepang menguasai pulau-pulau tersebut pada tahun 1942. Semua penerbit dari Belanda dan Tiongkok dilarang beroperasi. Sebaliknya, otoritas militer Jepang menerbitkan beberapa surat kabar mereka sendiri.

Saat itu terbit lima surat kabar: Java Shinbun di Jawa, Boernoe Shinbun di Kalimantan, Selebes Shinbun di Sulawesi, Sumatra Shinbun di Sumatra, dan Keram Shinbun di Seram.

Bahkan dalam sistem kuno ini, perkembangan pers terbagi menjadi 3 tahap: revolusi fisik, demokrasi liberal, dan demokrasi terdepan.

Bagi pers nasional, masa-masa kelam telah menjadi masa-masa cerah. Pada masa Orde Baru, pemerintah mulai mengakui kebebasan pers, melalui Undang-Undang Nomor 11 Republik Indonesia tahun 1966 yang mendefinisikan kebebasan pers di Indonesia bukan sebagai kebebasan liberal, melainkan kebebasan menyampaikan kebenaran dan keadilan. . . Selain itu, dalam undang-undang tersebut, pemerintah menjanjikan kebebasan pers dalam Prinsip Dasar Pers.

Sejarah Insan Pers Sebagai Tombak Nasionalis

Sayangnya kebebasan tersebut tidak bertahan lama. Pers mengalami kontrol ketat dari pemerintah, bahkan sekitar 70 surat kabar dilarang oleh pemerintah dan banyak jurnalis yang ditangkap dan dideportasi oleh pemerintah.

Surat kabar yang dilarang oleh Presiden Soeharto adalah Harian Kompas, Tempo, DeTIK, Redaksi dan Monitor. Pemerintah tidak hanya melarang surat kabar, tetapi juga media elektronik seperti televisi dan radio.

Pasca runtuhnya Orde Baru pada tahun 1998, Indonesia memasuki masa reformasi. Kebebasan pers semakin dikenal dan beragam media baru bermunculan. Kebebasan pers diakui di Indonesia pada masa reformasi, ketika Kementerian Penerangan dihapuskan.

Perkembangan Pers Di Era Kolonial

TAP MPR RI no. XXVII Tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia.

Kehidupan Masyarakat Pada Masa Penjajahan Kolonial Dan Jepang

Selain itu, praktik sensor terhadap pers sudah tidak digunakan lagi. Media sosial diberikan kebebasan penuh untuk menciptakan berbagai jenis informasi. Dengan kebijakan baru tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara dengan kebebasan pers tertinggi di Asia Tenggara pada awal Reformasi.

Di era digital saat ini, media Indonesia menghadapi tantangan dan peluang baru. Media sosial dan platform online memberikan banyak peluang untuk berpartisipasi dalam diskusi publik, namun juga membawa risiko misinformasi dan kebencian online.

Hal ini merupakan bagian dari sejarah generasi pers nasional. Meski menghadapi berbagai tantangan, pers tetap menjadi pilar penting dalam membangun masyarakat demokratis dan transparan di Indonesia. Selamat Hari Pers Nasional!

Perkembangan pers era reformasi, sejarah perkembangan pers, perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0, pers di era reformasi, kebebasan pers di era reformasi, era kolonial, perkembangan pers di indonesia, perkembangan bisnis di era digital, perkembangan pers di era reformasi, bagaimana perkembangan pers di indonesia, sejarah perkembangan pers di indonesia, perkembangan pers

Leave a Comment